SELAMAT DATANG DAN SELAMAT MEMBACA BLOG PELAJAR INI SEMOGA INFORMASI YANG DIBERIKAN BERMANFAAT

Selasa, 07 Juni 2011

Bencana Alam

26 Desember 2004…..
Gempa bumi tektonik berkekuatan 8,5 SR berpusat di Samudra India (2,9 LU dan 95,6 BT di kedalaman 20 km (di laut berjarak sekitar 149 km selatan kota Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam). Gempa itu disertai gelombang pasang (Tsunami) yang menyapu beberapa wilayah lepas pantai di Indonesia (Aceh dan Sumatera Utara), Sri Langka, India, Bangladesh, Malaysia, Maladewa dan Thailand.
Menurut Koordinator Bantuan Darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jan Egeland, jumlah korban tewas akibat badai tsunami di 13 negara (hingga minggu 2/1) mencapai 127.672 orang. Namun jumlah korban tewas di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Timur yang sebenarnya tidak akan pernah bisa diketahui, diperkirakan sedikitnya 150.000 orang. PBB memperkirakan sebagian besar dari korban tewas tambahan berada di Indonesia. Pasalnya, sebagian besar bantuan kemanusiaan terhambat masuk karena masih banyak daerah yang terisolir.
Sementara itu data jumlah korban tewas di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara menurut Departemen Sosial RI (11/1/2005) adalah 105.262 orang. Sedangkan menurut kantor berita Reuters, jumlah korban Tsunami diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa dengan korban paling banyak diderita Indonesia, 115.229 (per Minggu 16/1/2005). Sedangkan total luka-luka sebanyak 124.057 orang, diperkirakan 100.000 diantaranya dialami rakyat Aceh dan Sumatera Utara.
Iitulah kisah suram 5 tahun silam yang terjadi di penghujung tahun 2004 silam. Namun, seiring waktu berjalan, segala perbaikan terus berjalan. Setidaknya, begitulah yang terbaca dan terdengar di media massa.
Akan tetapi, ironinya, masih terlihat adanya barak-barak yang berpenghuni, seperti di bantaran sungai Krueng Aceh, yang di kenal dengan Barak Bakoy. Memang kita tidak bisa menduga, apa yang terjadi ? Dengan dana yang melimpah, di dukung oleh sumber daya manusia yang multi culture, high intelegence, tapi semua ini masih terhidang di depan kita. Aneh..
Barak bakoy adalah salah satu bukti dari kisah silam yang masih ada, mungkin juga masih ada bakoy-bakoy lain yang belum sempat penulis tahu.


Pada tanggal 27 Mei, gempa bumi mengguncang bagian tengah wilayah Indonesia,
dekat kota sejarah, Yogyakarta. Berpusat di Samudera Hindia pada jarak sekitar 33
kilometer di selatan kabupaten Bantul, gempa ini mencapai kekuatan 5,9 pada Skala Richter
dan berlangsung selama 52 detik. Karena gempa berasal dari kedalaman yang relatif dangkal
yaitu 33 kilometer di bawah tanah, guncangan di permukaan lebih dahsyat daripada gempa
yang terjadi pada lapisan yang lebih dalam dengan kekuatan gempa yang sama, maka terjadi
kehancuran besar, khususnya di kabupaten Bantul di Provinsi Yogyakarta dan Klaten di
Provinsi Jawa Tengah.
Gempa bumi ini adalah bencana besar ketiga yang menimpa Indonesia dalam 18
bulan terakhir. Pada bulan Desember 2004, gempa bumi yang dahsyat diikuti dengan
gelombang tsunami menghancurkan sebagian besar Aceh dan pulau Nias di Sumatera Utara,
dan pada bulan Maret 2005, gempa bumi kembali mengguncang pulau Nias. Dengan lebih
dari 18.000 kepulauan Indonesia yang berada di sepanjang “cincin api” Pasifik yang berisi
banyak gunung berapi aktif dan patahan tektonik, bencana yang belakangan terjadi ini
merupakan peringatan akan besarnya risiko alam yang dihadapi negara ini.
Kerusakan dan Kerugian
Walaupun jumlah korban memang lebih sedikit daripada bencana yang sebanding,
kerusakan dan kerugian yang diderita menempatkan gempa bumi ini dalam kategori
bencana alam yang menimbulkan paling banyak kerugian di negara-negara
berkembang selama sepuluh tahun terakhir. Suatu analisis komprehensif oleh sebuah
tim yang terdiri dari Pemerintah Indonesia dan para pakar internasional memperkirakan
jumlah kerusakan dan kerugian yang diakibatkan oleh gempa bumi tersebut mencapai Rp
29,1 triliun, atau US$ 3,1 milyar. Total kerusakan dan kerugian yang diakibatkan jauh lebih
tinggi daripada yang diakibatkan tsunami di Sri Lanka, India dan Thailand dan berada pada
skala yang serupa dengan gempa bumi di Gujarat (2001) dan di Pakistan (2005) (lihat Tabel
1).
Kerusakan yang terjadi sangat terpusat pada perumahan dan bangunan-bangunan
sektor swasta. Rumah-rumah pribadi terkena dampak paling parah, bernilai lebih dari
setengah dari total kerusakan dan kerugian (Rp 15,3 triliun). Bangunan-bangunan sektor
swasta dan aset-aset produktif juga rusak parah (diperkirakan mencapai Rp 9 triliun) dan
diperkirakan akan kehilangan pendapatan yang signifikan di masa depan. Ini tentunya
berdampak sangat serius pada usaha kecil dan menengah, karena wilayah tersebut merupakan
pusat industri kerajinan tangan skala kecil yang sedang sangat berkembang di Indonesia.
Kerusakan pada sektor sosial, khususnya sektor kesehatan dan pendidikan, diperkirakan
mencapai Rp 4 triliun. Sektor-sektor lainnya, khususnya infrastruktur, menderita kerusakan
dan kerugian yang relatif lebih kecil (lihat gambar 1), jauh di bawah tingkat kerusakan
infrastruktur yang diakibatkan oleh tsunami di Aceh dan Nias.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes
cursor:url("http://i46.tinypic.com/24zivc8.gif"),text;